Oleh : Firman Bachtiar
Ya benar, segala yang terkait
dengan makanan akan menjadi bisnis
besar.
Ya besar dalam artian peluang dan
pertumbuhan bisnisnya.
Yang di maksud dengan segala yang
terkait dengan makanan adalah mulai dari hulu seperti pertanian, peternakan,
perikanan sampai dengan restoran dan retail makanan. Mengapa ada peluang besar seperti itu?
Pertama pertumbuhan permintaan bahan pangan seperti daging sapi untuk negara berkembang telah meningkat tajam dari tahun 1980 ke tahun 2010 sebanyak 3x lipat menjadi 150 juta metric ton per tahun demikian dengan permintaan untuk daging
unggas. Dari sisi trend pertumbuhan
kalori per orang di Asia meningkat tajam bahkan di prediksi peningkatan 100%
jika di bandingkan dengan 20 tahun yang lalu dan di prediksi masih terus naik.
Kedua dari segi pertumbuhan
ekonomi, memang di negara-negara Eropa
saat ini mengalami stagnasi namun di Asia ternyata melaju dengan pesat di hampir seluruh negara
Asia menikmati pertumbuhan ekonomi yang
fantastis kecuali Jepang (negara ini memang sudah maju) dan korea utara (
politik negara ini tertutup). Pertumbuhan ekonomi ini membawa dampak permintaan
akan pangan seperti di China, India dan negara kita tercinta Indonesia menjadi
berubah. Masyarakat yang tadinya makan besar dan komplit dengan daging dan lainnya misalnya hanya pada saat perayaan dan hari besar saja,
maka dengan peningkatan ekonomi makan besar menjadi semakin sering. Coba bayangkan
sejenak dahulu pada umumnya daging (sapi, ayam, ikan) adalah makanan mewah
namun saat ini masyarakat lebih sering dengan menu komplit. Perubahan kebiasaan ini menimbulkan
peningkatan permintaan sehingga Negara-negara yang tadinya merupakan pengekspor
beberapa produk pangan malah menjadi pengimpor karena kebutuhan dalam negeri
yang naik seperti di China dan India.
Ketiga
dari pertumbuhan jumlah penduduk di negara-negara Asia sangat pesat, di Indonesia sendiri pertumbuhan penduduk meningkat dari 170 juta jiwa pada 1990 menjadi 250 juta pada 2013, tidak hanya di negara
kita di negara Asia lainnya
seperti China, India, Vietnam, Philipine dan 49 negara berkembang diprediksi mengalami
kenaikan 2x lipat pada 2050. Selain pertambahan penduduk usia rata-rata
penduduk dunia juga akan bertambah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran
dan perbaikan fasilitas kesehatan.
Ke
empat adalah pertumbuhan supply ternyata hanya mengalami sedikit kenaikan, di beberapa daerah yang padat jumlah penduduknya terjadi
pengambil alihan lahan yang semula untuk penyediaan pangan menjadi lahan untuk
pemukiman, perdagangan dan industri hal ini terjadi hampir seluruh negara Asia.
Hal yang lain adalah tanah yang sebelumnya dapat di pergunakan untuk produksi pangan saat ini sudah rusak seperti di China beberapa lahan berubah
menjadi lahan padang pasir dan di beberapa daerah lingkungan menjadi rusak
seperti kerusakan ekosistem pantai dan sungai sehingga ikan tidak dapat hidup
lagi di lingkungan yang menjadi tempat pembuangan sampah industri.
Dari
beberapa faktor ini bisa kita lihat
terjadinya gap antara kebutuhan
pangan dan penyediaannya dalam artian pangan akan tetap tersedia namun karena
permintaan tumbuh lebih cepat daripada penyediaan maka harga cenderung akan
naik. Beberapa pihak asing sudah sangat sadar akan gap ini dalam beberapa artikel bahwa perusahaan dari Cina dan
Malaysia sudah berencana investasi sebesar 20 Triliyun untuk membeli lahan
pertanian dan pabrikasi pangan di Indonesia,
yang hasil padinya di rencanakan untuk kebutuhan dalam dan luar negeri. Hal ini bisa dipandang sebagai suatu ancaman
atau peluang. Peluang usaha di bidang penyediaan pangan di masa yang akan
datang akan prospektif dari semua lini mulai dari
hulu hingga ke hilir , namun jangan
lupa perdalam juga pengetahuan
akan usaha yang
berkaitan, ini sangat di perlukan
seperti pemakaian teknologi yang tepat guna sehingga usaha kita dapat senantiasa efisien dan bersaing.